I was a student of STIKOM The London School of Public Relations Jakarta, bachelor's degree in Mass Communications Major, looking an job on your company. I have enclosed my resume for your review. I would like to apply in productions department. But if there is another related business job opportunity that would fit me, I would take it.

Selasa, 07 April 2009

Study Ternate

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang mempunyai beberapa kepulauan yang menyebabkan keanekaragaman suku. Salah satunya adalah Provinsi MALUKU UTARA yang terletak di Timur Indonesia, merupakan provinsi yang baru saja diresmikan, namun tetap memiliki sejarah yang sangat tua dan patut untuk dipelajari. Awalnya, Maluku Utara merupakan bagian dari provinsi MALUKU yang beribukotakan di Ambon. Seiring perjalanan waktu dan Revisi oleh pemerintah, Maluku kini dibagi menjadi beberapa provinsi. Salah satunya adalah provinsi MALUKU UTARA yang mempunyai ibukota di TERNATE.
Provinsi ini, dikenal memiliki banyak kekayaan alam yang berpotensi, dan juga masyarakatnya yang masih hidup dan berkembang sesuai dengan adat istiadat dan kebudayaan mereka. Sehingga menjadikan MALUKU UTARA ini sangat menarik untuk kita bahas dan kita telusuri lebih lanjut.

1.2 Pembatasan Penelitian
Untuk penelitian kita kali ini kami hanya membataskan penelitian dari segi unsur kebudayaan, fokus kebudayaan, dan etos kebudayaan.



1.3 Rumusan Penelitian
Setelah membaca latar belakang di atas maka dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut :
“ Ternyata banyak masyarakat yang belum mengenal / memahami tentang masyarakat Ternate”.

1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk dapat memenuhi tujuan-tujuan yang secara terperinci adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui sampai sejauh mana perkembangan kebudayaan Ternate.
2. Mengetahui sampai sejauh mana pemahaman masyarakat tentang kebudayaan Ternate.

1.5 Metode Penelitian
Untuk mendapatkan data dan informasi yang digunakan, kami mempergunakan metode kepustakaan / studi pustaka yang sumber-sumber informasinya kami peroleh dari buku-buku di perpustakaan dan juda dari media massa elektronik, yaitu internet.

1.6 Hipotesa Penelitian
Dari rumusan masalah di atas dapat kita ambil hipotesa bahwa adanya pengaruh perkembangan teknologi yang memacu kurangnya minat baca masyarakat sehingga membuat masyarkat Indonesia menjadi tidak paham / mengenal kebudayaan dari suku-suku di Indonesia, yang salah satunya adalah suku Ternate.

1.7 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Jakarta dalam jangka waktu satu bulan yang dimulai dari pengumpulan data sampai kepenulisan akhir.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SISTEM KEKERABATAN TERNATE
Pada zaman dahulu kala, tepatnya zaman kerajaan atau kesultanan Ternate dan Tidore tersiri atas beberapa strata social. Terbagi berdasarkan ketururan tapi tidak menentukan kasta seseorang sehingga tidak bersifat fungsional diantaranya
1. Golongan Jou
Yaitu golongan isatana, yang terdiri dari sultan dan keluarganya, sampai tiga turunan satu garis lurus langsung. Sebutan terhadap kedua golongan ini, misalnya: JOU KOLANO (yang mulia sultan), dengan nama kebesaran. Sedangkan sebutan ubtuk Permaisuri Sultan: JO-BOKI (singkatan dari kata JOU MA-BOKI), sebutan untuk anak putra sultan : KAICILI PUTRA, dan BOKI PUTRI (putrid sultan). Keraton kesultanan Ternate adalah tempat tinggal mereka. Golongan Jou memakai penuttup kepala berwarna Putih, hanya dipakai oleh golongan Jou TUALA BUBUDO.

2. Golongan Dano
Yaitu golongan keluarga cucu sultan dan anak anak yang dilahirkan dari Putri Sultan dengan orang dari luar lingkungan istana atau golongan masyarakat biasa, juga termasuk keturunan dari kanak kanak maupun adik kandung sang Sultan. Penutup kepalanya – Pejabat Kesultanan (KAPITA/FABYIRA).

3. Golongan Bala
Golongan ini sering disebut dengan (BALA KUSUSEKANOKANO), yaitu mereka yang berada di luar kedua golongan diatas (raknyat biasa). Penutup kepala khasnya adalah TUALA KURCACI.

Tidak menutup kemungkinan rakyat biasa dapat ikit serta dalam jabatan jabatan tinggi misalnya Kepala adapt.

Disamping pembagian diatas, terdapat pula pembagian berdasarkan wilayah, yaitu;
1) SOA SIO
Yaitu terbagi dalam beberapa SOA/MARGA. SOA terdiri dari 9kelompok yang berada di wilayah pusat Kesultanya.

2) SANGAJI,
Yaitu komunitas atau kelompok kekerabatan pada beberapa distrik di negeri seberang atau diluar pulau Ternate

3) HEKU
Yaitu komunitas masyarakat Ternate yg wilayahnya mulai dar santosa kearah utara hingga ke pulau HIRI termasuk HALMAHERA MUKA


4) CIM
Yaitu kelompok kekerabatan atau komunitas masyarakat Ternate yang wilayahnya dari AKE SANTOSA ke Selatan hingga mencapai batas KALUMATA.

2.2 FALSAFAH ADAT ORANG TERNATE
Sebagaian besar penduduk ternate beragam islam sunni namun terdpat pulau yang beraliran syiah. Ketika diketahui jelas siapa yang menyebarkan agama islam sunni maupun syiah disana yang diketahui hanyalah bahwa islam menyebar melalui para pedagang dari Persia, Arab dan Cina. Pada zaman dahulu kala Indonesia merupakan jalur perdagangan bagi para pedagang dari Cina dan Semenanjung Arab. Indonesia juga terenal sebagai penghasil emas dan rempah- rempah. Malaka yang pada awalnya hanya pelabuhan, berkembang menjadi pusat penyebaranislam di Indonesia lalu menyebar ke pulau Jawa, Maluku dan Sulawesi. Ternate pada saat itu terkenal ebagai penghasil cengkeh dan pala terbaik, hal ini menarik perhatian para pedagang tersebut. Datang pula para penyebar agama islam dari Pulau Jawa yang menetap dan menyebaarkan Islam disana. Tidak heran apabila falsafah orang ternate berhubungan erat dengan Islam.

ENAM SILA DASAR FALSAFAH ADAT YAITU; “ADAT MA TOTO AGAMA, AGAMA MA TOTO TOMA JOU RASULULLAH, JOU RASULULLAH MANYEKU DIKI AMOI NGA HIDAYAH SEKODRATI”
. (Adat cersumber dari agama, agama bersumber dari ajaran rasullullah, diatas rasulullah hanya hidayah dan kehendakannya atas segalanya”.

Terdiri dari:
1. ADAT SE ATORANG
Hukum dasar yang harus dipatuhi dan disusun menurut kebiasaan yang dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat. Artinya adat bersendikan aturan.
2. ISTIADAT SE KABASARANG
Lembaga adat dengan kekuasaannya menurut ketentuan adat yang berlaku dujinjung tinggi sebagaimana menjaga martabat orang ternate.

3. GALIB SELIKUDI
Kebiasaan lama yang menjad pegangan suku bangsa diatur menurut sendi ketentuan yang dilazimkan dalam masyarakat dan sesuaikan dengan jaman tanpa ada pertentangan.
4. NGALE SE CARA/DUKU
Bentuk budaya yang masing-masing- masing suku bangsa dapat digunakan secara bersama-sama sesuai dengan keinginan unuk keutuhan dalam berbeda.
5. SERE SE DURI
Tata kehidupan seni dan budaya dan kebiasaan yang timbul dalam pergaulan masyarakat diterimaa secara bersama-sama.
6. CING SE CINAGARE
Ketentuan pengaturan tentang perempuan dan lelakinya.

2.3 PERKAWINAN ADAT TERNATE
Sampai saat ini dikenal beberapa cara yaitu :
1. LAHI SE TAFO ATAU WOSA LAHI (MEMINANG ATAU KAWIN MINTA)
2. WOSA SUBA (KAWIN SEMBAH)
3. SICOHO (KAWIN TANGKAP)
4. KOFU’U (DIJODOHKAN)
5. MASIBIRI (KAWIN LARI)
6. NGALI NGASU (GANTI TIANG)

A. MEMINANG ATAU KAWIN MINTA
(LAHI SE TAFO ATAU WOSA LAHI)
Ini merupakan pernikahan yang paling ideal berdasarkan hokum adapt dan masyarakat, dalam hal ini calon mempelai wanita dilamar oleh keluarga calon mempelai pria. Pernikahan dipersiapkan secara matang dan dilaksanakan berdasarkan berdasarkan rukun islam, setelah itu dilanjutkan dengan upacara adat, makan adapt, saro – saro, joko kaha dan seterusnya. Semakin megah acaranya semakin tinggi status sosial orang yang bersangkutan.

SARO – SARO sendiri berarti doa – doa atau permintaan yang dilambangkan dengan makanan yang disuguhkan.

JOKO KAHA berarti injak tanah pertama oleh kedua mempelai sebgai tanda memulai kehidupan baru.

MAKAN ADAT yaitu makan bersama setelah upacara adapt yang bermaksud mempererat persaudaraan dan restu dari keluarga besar dan makanan yang disajikan memliki filosofi masing – masing.

B. KAWIN SEMBAH (WOSA SUBA)
Bentuk perkawinan ini telah lama ditinggalkan karena dianggap menurunkan harkat pihak laki – laki. Pernikahan baru dapat dilaksanakan apabila telah membayar denda karena tidak dapat meminang sang gadis.

Ada tiga cara yang dapat dilakukan yaitu :
1. TOMA DUDU WOSA INO
Artinya dari luar (rumah) masuk ke dalam rumah untuk menyerahkan diri ke dalam rumah si gadis dengan tujuan agar dikawinkan.
2. TOMA DAHA WOSA INO
Artinya dari serambi masuk menyerahkan diri ke dalam rumah si gadis agar dikawinkan.

3. TOMA DAHA SUPU INO
Artinya dari dalam kamar gadis keluar ke ruang tamu untuk menyerahkan diri untuk dikawinkan karena si pemuda telah berada terlebih dahulu di dalam rumah tanpa sepengetahuan orang tua si gadis.

C. KAWIN TANGKAP (SICOHO)
Artinya perkawinan ini biasanya dilakukan apabila si pasangan tersebut tertangkap basah melakukan hal yang diluar batas susila. Keluarga si gadis tidak boleh menganiaya si pemuda, namun menikahkan untuk menyelamatkan nama baik. Sebelumnya pihak laki – laki harus meminta maaf kepada pihak perempuan.

D. DIJODOHKAN (KOFU’U)
Terlebih dahulu terjadi kesepakatan antara kedua belah pihak orang tua untuk menikahkan anak mereka. Biasanya tidak disetujui oleh si anak sehingga memilih untuk kawin lari. Perkawinan ini terjadi karena ayah atau ibunya bersaudara dekat maupun jauh.

E. KAWIN LARI (MASBIRI)
Sama seperti kawin lari lainnya yang disebabkan ingin mencari jalan pintas karena tidak disetujui orang tua. Perkawinan ini sah bila dilakukan berdasarkan rukun islam.

F. GANTI TIANG (NGALI NGASU)
Disebut juga turun ranjang atau menikah ipar sendiri karena ditinggal mati oleh suaminya. Bertujuan agar kelangsungan hidup keluarga si ipar tidak jatuh ke tangan orang lain.

2.4 Bahasa
Pada masa pra–Islam, bahasa Ternate masih merupakan bahasa lisan, karena bahasa Ternate itu sendiri tidak mempunyai aksara (huruf). Bahasa Ternate disebut dengan “Bahasa Kie se Gam”. Adapun bahasa-bahasa daerah yang termasuk ke dalam kelompok ini, adalah :

• Bahasa Ternate
• Bahasa Tidore
• Bahasa Ibu
• Bahasa Waiyoli
• Bahasa Tubaru
• Bahasa Madole
• Bahasa Tobelo
• Bahasa Loloda
• Bahasa Galela
• Bahasa Tololiku, dan
• Bahasa Isam
Komunikasi yang dilakukan penuduk Ternate dalam berinteraksi kontak dagang dengan suku bangsa lainya menggunakan bahasa MELAYU sebagai bahasa pengatar (LINGUA FRANCA). Akibat adanya interaksi dengan bahasa bahasa lain dari luar Maluku Utara, maka dengan sendirinya bahasa bahasa tersebut dengan sendirinya mempengaruhi perkembangan bahasa Ternate, terutama bahasa Melayu. Banyak kata dari bahasa melayu yang masuk dalam perbendaharaan bahasa di ternate, kemudian dianggap sebagai bahas ternte. Di daerah ini bahasa Melayu pada masa lampau hanya digunakan oleh kaum Urban dan kalangan tertentu.

2.5 Busana
Gambaran fisik busana masyarakat Ternate, memperlihatkan adanya perbedaan cukup spersifik antar kelompok masyarakat yang secar social memiliki kedudukan yang berlainan. Busana yang dikenakan oleh masyarakat pada umumnya (rakyat biasa) ditandai dengan busana yang dipakai oleh kelompok masyarakat yang memiliki kedudukan social tinggi.
Hal ini dikarenakan Ternate yang secara adminitrarif kini termasuk ke dalam wilayah kabupaten MALUKU UTARA, merupakan kawasan bekas kesultanan Ternate.
Ada beberapa jenis busana yang dikenakn dalam upacara adat. Busana yang dikenakan oleh Sultan disebut MENTEREN LAMO yang terdiri dari atas celana panjang hitam dengan bis merah memanjang dati atas ke bawah, baju berberntuk jas tertutup dengan kancing besar terbuat dari perak berjumlah sembilan. Konon warna tersebut melambangkan keperkasaan dari pemakainya. Selai itu, penampilan busana yang dikenakan oleh sultan tersebut dilengkapi dengan destar untuk menutup kepala.
Busana yang dikenakan oleh isteri Sultan terdiri atas kebaya panjang atau KIMUN GIA, yang terbuat dari kain satin berwarna putih dengan pengikat pinggang yang terbuat dari emas, serta kain panjang. Busana adat lainya yang khusus dikenakan oleh kaum remaja putri dan remaja pria yang berasal dari golongan bangsawan.
Busana adat yang dipakai oleh remaja pria kaum bangsawan disebut Baju Koja, yakni semacam jubah panjang dengan warna muda seperti biru & kuning. Konon, warna tersebut untuk melambangkan jiwa muda dari pemakainya yang masih remaja.
Para remaja putri biasanya memakai busana yang terdiri atas kain panjang dan KIMUN GIA KANCING atau kebaya panjang berwarna kuning, orange atau hijau muda dengan tangan yang berkancing sembilan dis ebaelah kiri dan kanannya.
Sementara itu, busana adat yang dikenakan oleh rakyat biasa sehari hari maupun dalam upacara adapt pada umumnya memang menggambarkan kesederhanaan. Busana yang biasa dikenakan oleh kaum wanita dalam melakukan aktivitas keseharian terdiri atas kain KOLOLUNCU dan baju susun dengan bagian tangn yang ditarik hingga ke pertengahan sikut. Buasan kerja yang digunakan oleh kaum pria terdiri atas kebaya Popoh, yakni baju berwarna hitam yang panjangnya mencapai pinggul serta berlengan panjang; dan celana popoh yakni celana setinggi betis yang berwarna hitam pula.

2.6 Kesenian Ternate
Ada 2 jenis kesenian di daerah Ternate, Yaitu Kesenian Istana dan Kesenian Rakyat. Kesenian istana umumnya merupakan kelengkapan adat yang bersifat ritual maupun seremonial. Tarian klasik yang bersifat ritual yaitu Legu – legu. Legu – legu mengandung makna bahwa Legu-Legu mempunyai sifat sakral. Para penari merupakan medium yang masih suci. Kadang ada satu atau lebih penari yang melakukannya gerakan, tidak dalam keadaan sadar/kemasukan roh nenek moyang. Tarian legu-Legu ini hanya dipentaskan pada saat-saat tertentu dengan pertimbangan utamanya harus bersifat ritual dan mempunyai keterkaitan dengan adat keramat keraton.

2.7 Lagu dan Tarian
Kesenian tradisional istana telah ada sejak zaman Pra Islam, yaknu dalam bentuk seni tari dan suara. Di ternate, perpaduan dari kedua bentuk seni ini, terwujud dalam sebuah tarian klasik yang bersifat ritual, yaitu LEGU LEGU. Yang unik dari tarian ini adalah bahwa para penari yang membawakannya hanya boleh dari keturunan SOA “SOANGARE”. Soangare merupakan salah satu klan dari kelompok kekerabaran khas ternate yang walaupun segara genalogis bukan keturunan sultan, namun klan ini sangat dekat di kalangan isatana, karena marga SOANGARE sejak dahulu merupakan salah satu marga yang menjadi “ABDI DALEM” yang sangat setia di keratin kesultanan ternate.

2.8. GEOLOGIS
Secara astronomis, pulau Ternate terletak pada 127,17 Bujur Timur - 127,23 Bujur Timur dan 0,44 Bujur Timur - 0,51 Bujur Timur. Ciri topografis sebahagian besar datarannya adalah wilayah bergunung dan daerah berbukit.
Kotamadya Ternate berbatasan dengan :
Sebelah utara dengan Samudera Pasifik dan perairan Filipina
• Sebelah selatan dan barat dengan Laut Maluku
• Sebelah timur dengan pantai barat Halmahera
Dilihat dari sudut geologis, seperti disinggung di atas, pulau ternate merupakan salah satu dari deretan pulau yang memiliki gunung berapi, dari barisan garis: “STRATO VULKANO ACTIVE AT SOUTH PACIFIC” yang melintang dikawasan asia timur ke asia tenggara, dari utara ke selatan. Salah satu yang masihaktif di kepulauan Maluku utara adalah gunung “GAMALAMA” Di pulau ternate dengan ketinggian 1,730 M (bangsa portugis menyebut dengan ; NOSTRA SENORA DEL ROZARIO). Secara ekonomis, kedudukan kota ternate adalah sebagai pusat pemerintahan dan pusat perdagangan yang sangat strategis dan penting sekali dikawasan ini. Dikota ternate terdapat pelabuhan samudra “AHMAD YANI” dan Bandar udara “BABULLAH” kota ternate itu sendiri berlokasi di pesisir timur, pulau ternate menghadap pulau halmehera posisi ini sangat potensial. Kedudukan yang demikian ini menyebabkan kota ternate memiliki peranan yang sangat penting dalam ekonomi perdagangan lintas Halmahera.

BAB III
KESIMPULAN & SARAN


3.1 Kesimpulan
Adat Ternate dipengaruhi oleh agama Islam. Terdapat sistem kekerabatan dan social namun tidak fungsional. Pada zaman dahulu bersistem pemerintahan kesultanan. Tetap menjunjung filosofi adat dan Islam. Pernikahan adat tetap dilakukan dengan cara sama sejak dahulu kala.

3.2 Saran
Kami sebagai penulis, telah melihat potnsi potensi yang ada di Propinsi ini, sperti Gunung Gamalama, Kesenian tradisionalnya yang masih kental, hingga para penduduknya yang mau mengeal dunia luar, terbukti sejak zaman kesultanan ternate.
Maka kami sangat menyarankan, Ternate yang kaya tersebut dapat dikembangkan seluruh potensinya, hingga menjadi hasil yang memaskan bagi masyarakatnya sendiri, atau bagi Indonesia. Sektor Pariwisata paling tepat untuk dikembangkan, yang dapat memajukan perekonomian daeran itu sendiri.